Sang Pencari Jati Diri

My photo
tasikmalaya, jawa barat, Indonesia

Translate

Thursday 21 January 2016

Catatan 20 January 2016


Kedekatan ini semakin memuncak.
Padahal, tinggal menghitung hari kamu akan menikah dengannya. Dan kita masih saja selalu bersama tanpa ada rasa takut akan kemarahan pasanganmu itu. Kedekatan kita jauh diluar prediksi, kata susah pun jadi hambatan kita untuk selalu bertingkah sewajarnya saja seperti halnya seorang sahabat yang hanya sebatas sahabat.
Kedekatan kita memang hanya sebagai teman, namun begitu jauh diatas teman,sahabat, bahkan pacar sekalipun. Rasa cinta, kasih dan sayang seakan telah menyelimuti hati kita. Bukankah kamu sudah punya pasangan? Dan sebentar lagi kamu kan menjadi seorang ibu rumah tangga, dia akan menjadi pendamping hidupmu dan dia akan menjadi imam dalam hidupmu. Dialah yang akan mewarnai semua kehidupanmu itu. Lantas apa yang membuat kamu nyaman hidup bersamaku?
Ku harap kamu mengerti. Terimalah semua kenyataan itu, belajarlah untuk lebih dewasa. Aku bukanlah orang yang pantas untukmu, buatlah keputusan yang baik, dan hiduplah dengan penuh pertimbangan. 
Pergilah bersamanya. Dia sangat menyayangimu meski kamu tau dia tak sepandai diriku memahami hatimu. Aku sayang kamu,  ku harap kamu juga begitu. Simpanlah rasa sayang yang kita miliki ini , jangan sampai dia tau tentang apa yang kita miliki. Biarlah ini semua menjadi sebuah rahasia indah kita berdua.
Aku tau, terkadang rasa cinta itu muncul karena kita sering bersama. Dan mungkin, inilah yang sedang terjadi pada kita. Sadar, sadar dan sadar, itulah yang harus kita miliki. Bukankah cinta itu tak mesti harus memiliki? Belajarlah menyayangi dirinya yang menyayangimu. Dengan siapapun kamu hidup, asal kamu bahagia aku ikut bahagia. Bahagiamu adalah bahagiaku, dan bahagiaku harus jadi bahagiamu. “Bahagia kita bersama meski raga jauh dimata”
Aku mau memberi tahumu, bahwa sekarang aku sudah punya pacar. Tentangmu, semuanya sudah ku jelaskan. Jangan sampaikamu membenciku, kita jalankan saja semua ini apa adanya. Berkenalanlah dengannya, dan ceritakan semuanya dengan jujur.
Kami akan datang dengan kebahagiaan dalam acara pernikahanmu, berbahagiaalah dengannya. Kami do’akan berbahagialah selalu, dunia dan akhiratmu.
Terimakasih telah menjadi sahabat terbaikku. Kamu pernah bilang bahwa, kamu butuh bahuku untuk sandaranmu. Hal itu  sama dengan apa yang aku rasakan. “Janganlah bosan tuk selalu ingatkan aku disaat salah. Aku juga membutukan bahumu untuk menjadi sandaranku”.
“Bahuku hanya untuk sandaran orang yang ku sayang, ialah orang yang selalu ada meski tiada”
The End